Senin, 03 Oktober 2011

Mitra Kukar Terus Berburu Pemain

Klub promosi papan atas di Liga Indonesia, Mitra Kutai Kartanegara (Mitra Kukar) terus berburu pemain top. Setelah merekrut Hamka Hamzah, Arif Suyono, Jajang Mulyana, dan Ahmad Bustomi, manajemen Mitra Kukar, melirik pemain muda, anggota tim nasional U-23 yang dipersiapkan untuk SEA Games.


Selain merekrut pemain, mereka juga mengontrak mantan pelatih tim nasional Filipina, Simon McMenemy, untuk masa kontrak tiga tahun mendatang. Ketua Umum Mitra Kukar Endri Erawan, kepada wartawan, Sabtu (1/10), di Jakarta, mengatakan, perburuan terus berlanjut karena mereka tidak mau hanya menjadi tim anak bawang.


”Kami tak ingin jadi tim yang hanya numpang lewat di liga ini. Kami ingin berada di papan atas liga musim depan,” kata Endri.


Dia mengatakan, untuk bisa mencapai posisi seperti sekarang, Mitra Kukar membutuhkan waktu hampir delapan tahun. Masa itu digunakan manajemen untuk membangun tim yang solid.


Manajer Mitra Kukar Roni Fauzan mengatakan, hanya ada delapan pemain dari pasukan lama yang dipertahankan untuk musim depan. Selebihnya, manajemen akan mencari pemain-pemain baru untuk memenuhi ambisinya berada di papan atas klasemen pada akhir musim.


Kebutuhan tim Mengenai kesiapan tim jelang kompetisi, Simon mengakui dirinya telah bertemu sejumlah pemain yang telah direkrut manajemen.


Simon mengakui, waktu yang dimilikinya sangat terbatas untuk mempersiapkan tim yang andal. Simon tidak mau berandai-andai dengan strategi permainan yang akan diterapkan dengan tipikal pemain yang dibutuhkannya untuk menunjang ambisi manajemen.


”Semua pemain harus memperlihatkan 100 persen kemampuan mereka, saat latihan dan pertandingan. Bila tidak, mereka mengecewakan pendukung tim ini,” katanya. (MHD)


View the original article here

Menpora: Timnas Mungkin Tanpa Naturalisasi

 


CHRISTOPORUS WAHYU HARYOMenteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng menjawab pertanyaan wartawan di Istana Bogor, Sabtu (17/9/2011). Dalam kesempatan itu Andi menyatakan siap diganti kapanpun.


Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengaku yakin bahwa Timnas Indonesia yang kuat mungkin terwujud tanpa pemain naturalisasi. Kuncinya, ada pada pembinaan yang berjenjang dan teratur sejak usia dini dan memperluas jangkauan seleksi hingga ke daerah-daerah.


Jika kedua hal ini diterapkan, kesempatan untuk menemukan bibit-bibit unggul dari seluruh daerah di Nusantara makin luas. PSSI pun bisa merekrut pemain-pemain terbaik untuk bergabung bersama Timnas.


"Kalau sudah cukup dari dalam negeri, untuk apa lagi naturalisasi. Itu kan program jangka pendek yang dilakukan karena ada kekosongan-kekosongan tertentu. Tapi, kalau pembinaan usia dini yang berjenjang dan teratur itu sudah ada, dari dalam negeri pasti banyak sekali," ungkapnya seusai melepas SSB Hasanuddin untuk berangkat ke Madrid, Spanyol, di kantor Kemenpora, Senin (3/10/2011).


Andi mengaku senang karena jumlah sekolah sepak bola di seluruh Nusantara mendekati angka 4.000-an. Namun, sering kali pola pembinaan terputus karena tidak ada yang mengoordinasikannya. Menurutnya, inilah yang menjadi tugas PSSI.


Andi berharap PSSI juga bisa terus memberikan perhatian khusus kepada pembinaan usia dini. Pasalnya, menurut Andi, tim-tim tangguh yang menonjol dari sejumlah kompetisi usia dini yang digelar oleh perusahaan-perusahaan ternama justru banyak berasal dari daerah-daerah yang jarang didengar selama ini.


"Kemarin Liga Pendidikan Indonesia, juara utamanya untuk tingkat SMA itu dari Ternate. Salah satu semifinalisnya dari Aceh dan dari Maluku. Adalah keliru kalau hanya yang selalu dilihat adalah yang ada di sekitar Jabodetabek karena gampang, murah, dan mudah mungkin rekrutmennya, tapi harus melihat ke seluruh daerah-daerah yang di Indonesia, baru kita dapat yang terbaik untuk mewakili Merah Putih," ungkapnya kemudian.


Menurutnya, jika PSSI tidak memberikan perhatian serius dari besarnya potensi pembinaan sejak usia dini, sulit untuk berharap akan adanya Timnas yang tangguh ke depannya.


"Karena tak bisa mendapatkan timnas yang tangguh tanpa pembinaan yang berjenjang dan teratur," tandasnya.


View the original article here

Keringat Rakyat Meraih Mimpi


Anak-anak bermain sepak bola di bantaran kanal banjir di kawasan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (30/9). Mereka menyalurkan hobi di tempat seadanya karena kurangnya fasilitas olahraga yang memadai.


Bintang dan calon atlet negeri ini lahir dari rakyat di kampung-kampung. Kaum muda dan para orangtua mereka sama-sama memeras keringat untuk meraih prestasi. Bahkan, ada yang harus menjadi pemulung atau menjual panci demi menggapai mimpi.


Anak muda calon bintang lapangan itu bernama Ferdiansyah alias Endoy. Ia tinggal di rumah sempit di Gang Nangka, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Di gang sempit itulah Endoy sejak kecil suka menendang bola dari gulungan kertas. Sejak kecil, dia bermimpi menjadi pesepak bola. Tujuannya satu: mengangkat harkat dan martabat keluarga!


Dan, pintu ke arah itu mulai terbuka ketika dia lulus mengikuti seleksi tim nasional usia 16 tahun pada 2008. Ia dikirim ke Uruguay bersama teman-temannya untuk berlatih hingga sekarang. ”Setiap hari kerja saya cuma latihan, bertanding, dan belajar bahasa Spanyol,” ujar Endoy lewat surat elektronik dari Uruguay.


Di setiap inci perjalanan karier Endoy terkandung perjuangan hebat ibunya, Susi Hanakin (47). Yakin bahwa anaknya berbakat, Susi mendaftarkan Endoy (ketika itu berusia enam tahun) ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Pelita Bakrie di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.


”Waktu itu banyak tetangga mencemooh karena kami miskin. Mereka bilang, ’ngapain lu nyekolahin anak ke SSB, enggak bakal sanggup bayar, deh’,” ujar Susi di rumahnya, Senin (19/9) siang.


Diejek demikian justru membuat tekad Susi makin kuat. ”Saya akan buktikan bahwa saya bisa. Apa pun saya kerjakan untuk membiayai Endoy jadi pemain bola,” kata Susi yang menjadi pencari nafkah utama karena suaminya sakit-sakitan.


Sejak saat itu perjuangan hidup Susi kian berat. Untuk membiayai Endoy, dia bekerja sebagai tukang cuci pakaian di tujuh rumah. Jam kerjanya terbentang mulai beduk subuh sampai malam. ”Upah dari dua rumah saya khususkan untuk memenuhi kebutuhan Endoy. Sisanya untuk makan sekeluarga,” ujar Susi yang mendapat upah Rp 250.000 dari setiap rumah.


Kian hari kebutuhan Endoy kian banyak. Susi tidak hanya harus membayar iuran bulanan serta membeli sepatu dan seragam, tetapi juga harus menyediakan makanan bergizi. ”Pelatihnya bilang supaya postur tubuh Endoy bagus dan tinggi, dia harus minum susu dan makan makanan bergizi. Ya... jangankan beli susu, bayar iuran bulanan SSB saja saya sering utang (dari) teman,” kata Susi.


Memulung dan jual panci Ketika bingung mencari penghasilan tambahan, Susi melihat botol plastik bekas kemasan air minum bertebaran di Stadion Lebak Bulus setiap selesai latihan atau pertandingan sepak bola. Tanpa malu-malu, dia mengumpulkan botol bekas dan menjualnya. ”Sejak saat itu saya jadi pemulung botol bekas di Lebak Bulus dan Senayan.”


Susi datang ke Lebak Bulus atau Senayan setiap ada latihan atau pertandingan sepak bola. Agenda utamanya bukan menonton, melainkan memulung. ”Saya bawa tas seperti orang mau kerja, padahal isinya karung. Lumayan, rata-rata saya dapat empat karung botol bekas,” katanya.


Ketika Endoy pindah ke SSB Villa 2000 di Pamulang, wilayah Susi memulung makin luas. Dia dan Endoy biasa jalan kaki sekitar 7 kilometer dari rumahnya ke tempat latihan SSB itu. Sepanjang perjalanan, mereka memunguti botol bekas. ”Setiap minggu saya dapat Rp 300.000 dari jual botol bekas. Uang itu khusus untuk beli susu, kacang hijau, tempe, dan makanan bergizi Endoy. Tak apa kami tidak makan, yang penting Endoy makan,” kata ibu tiga anak itu.


Pendapatan dari memulung tetap belum bisa menutup kebutuhan Endoy. Susi pun nekat menjadi kernet minibus jurusan Lebak Bulus-Rambutan untuk mendapat tambahan penghasilan. ”Saya jadi kernet enam bulan. Duitnya untuk membiayai Endoy sekolah dan main sepak bola.”


Upaya keras Endoy dan ibunya mulai tampak hasilnya. Endoy menjadi pemain timnas U-13 dan timnas U-16.


Endoy pernah mengirim sebagian uang sakunya untuk memelur lantai rumah yang sebelumnya masih tanah. ”Dia juga membelikan saya televisi bekas,” ujar Susi sambil duduk lesehan di lantai rumah. Di rumah itu belum ada kursi. Tamu yang datang duduk di tikar yang telah lusuh. Selain tikar, di sana hanya ada televisi dan kipas angin.


”Dia jadi pemain timnas (yunior) saja sudah membanggakan, apalagi masuk televisi. Kalau soal materi, saya tidak terlalu mikir. Kami sudah terbiasa miskin,” katanya.


Jual panci Upaya gigih serupa juga ditempuh Kastori (45). Ia juga mesti jungkir balik membiayai anaknya, Ayang Abdulrojak (15), yang ingin jadi kiper profesional. Maklum, penghasilan Kastori sebagai petugas keamanan dan kerja serabutan rata-rata hanya Rp 1 juta per bulan. ”Penghasilan saya jauh dari cukup. Untuk beli sarung tangan seharga Rp 175.000 setiap empat bulan sekali, saya kelimpungan,” kata Kastori sambil memandangi sarung tangan anaknya yang bolong di sana-sini.


Kalau sudah kepepet, barang apa saja yang ada di rumah dia jual. ”Saya pernah jual panci bekas ke tukang loak untuk ongkos Ayang bertanding,” katanya.


Perjuangan anak meraih mimpi jadi atlet tidak kalah beratnya dengan sang orangtua. Tengoklah pebulu tangkis remaja di PB Jaya Raya, Jakarta. Mereka rela jauh dari orangtua demi mengejar prestasi. Laudza (12) datang dari Jambi, Laras (12) dari Purwokerto, dan Ashar (12) dari Makassar. Di Jakarta, para remaja ini harus mengurus keperluan mereka sendiri serta membagi waktu antara latihan yang berat dan sekolah.


”Berat sih pasti, tetapi mau bagaimana, semua harus dijalani supaya jadi atlet berprestasi,” kata Laras yang mengidolakan pebulu tangkis Susi Susanti.


Ketika mereka berprestasi, ikut berbanggalah bangsa ini. Ketika mereka bekerja keras, siapa peduli? Ah, Indonesia.... (Budi Suwarna & Yulia Satphiani)


View the original article here

Jelang Qatar, Timnas Terus Persiapkan Diri

Tim nasional Indonesia terus mempersiapkan diri jelang laga Pra Piala Dunia melawan Qatar, 11 Oktober mendatang. Pelatih Wim Rijsbergen terus mengenjot para pemainnya untuk mencapai performa maksimal demi menghadapi laga krusial tersebut.


Penguasaan bola menjadi fokus latihan Bambang Pamungkas dkk. Itu pula yang menjadi menu utama dalam latihan Selasa (4/10/2011) pagi. "Sejauh ini kita sering kehilangan bola makanya kita lebih banyak game untuk meningkatkan ball position dan mindset game," jelas Lestiyadi kepada wartawan seusai latihan.


"Untuk strategi, kita pelajari dulu permainan Qatar baru kita tetapkan taktik dan startegi untuk memenangkan pertandingan. Sekarang koordinasi lini belakang yang akan kita perbaiki. Terlebih ada pemain baru seperti Purwaka (Yudi)," lanjutnya.


Salah satu persiapan timnas untuk menghadapi Qatar adalah melakukan ujicoba melawan Arab Saudi, Jumat (7/10/2011) di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk laga ini, Lestiyadi mengaku sudah menyiapkan strategi. "Jadi tidak ada masalah. Kita juga sudah nempelajari permainan Arab," tuturnya.


Lestiyadi kemudian mengungkapkan, pihaknya akan memberi kesempatan kepada pemain baru mereka (Zulham Zamrun, Purwaka dan Samsul Arif) untuk bermain dalam laga melawan Arab. Saudi.


Namun, katanya, kemungkinan mereka akan bermain sebagai pemain pengganti. "Sejauh ini mereka sudah nyetel (padu) dan mereka sudah terlihat bagus. Untuk lawan Arab, kami akan bawa semua pemain. Jadi, semua kemungkinan akan kami turunkan," kata Lestiyadi. 


View the original article here

Arema Tidak Menjual Pemain

Masa depan klub Arema, masih belum jelas.

Manajemen Arema Malang versi Rendra Kresna membantah menjual pemainnya setelah PSSI memutuskan mengakomodasi rivalnya, Arema versi M Nur untuk kompetisi level satu Indonesia Super Liga (ISL) mendatang.

"Kami tidak menjual pemain. Kami memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih klub demi masa depan pemain itu sendiri. Mereka butuh pekerjaan. Mereka juga perlu pengembangan karier. Justru kabahagiaan bagi kami kalau mereka bisa memiliki klub," ujar Media Officer Arema Sudarmaji, Senin (3/10/2011).


"Memang kasihan para pemain itu karena sebagian belum mendapatkan klub. Sementara untuj tetap bertaham di Arema Rendra tidak mungkin karena PSSI tidak mengakomodasi. Ini adalah akibat sikap PSSI yang tidak memilih penyelesaian rekonsiliasi seperti yang diterapkan PSSI terhadap Persebaya Surabaya," tambahnya.


Menurut dia, sebenarnya Arema Rendra sangat dirugikan karena selama ini yang mengurus pemain adalah Rendra. Mereka tetap berlatih dengan disediakan akomodasi sekalipun kompetisi vakum.


Bahkan sejak ketika pada kompetisi ISL tahun 2010-2011 Arema kesulitan finansial sementara Ketua Yayasan Arema M Nur menghilang berbulan-bulan. Demikian pula yang melunasi sisa tiga bulan gaji pemain adalah kubu Rendra.


PSSI memang mengakomodasi Arema kubu M Nur untuk masuk kompetisi level satu Indonesia Super Liga. Keputusan ini bukan hanya diprotes kubu Rendra, tetapi juga Aremania, julukan bagi suporter Arema.


Kalangan pemain juga menyesalkan sikap PSSI karena saat Arema kesulitan keuanga n pada kompetisi tahun lalu, M Nur malah menghilang secara tiba-tiba. Kemudian yang menyelesaikan sisa gaji mereka 3 bulan adalah Rendra Kresna bersama Iwan Kurniawan dan Edi Rumpoko.


View the original article here

AFC Bakal Verifikasi Stadion Persibo

Tim Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dijadwalkan  akan melakukan verifikasi Stadion Letjen H Soedirman Bojonegoro, Jawa Timur, pada 4 Oktober mendatang. Verifikasi ini sebagai kelengkapan Persibo Bojonegoro berlaga di kompetisi level tertinggi pada musim depan.


Ketua Umum Persibo Bojonegoro, Taufik Risnendar, sebagaimana yang dilansir dari situs resmi klub, mengatakan sudah menerima surat pemberitahuan dari PSSI tentang rencana AFC melakukan verifikasi Stadion Letjen H Soedirman Bojonegoro.


Dalam surat itu, katanya, disebutkan bahwa jumlah tim verifikasi sebanyak 10 orang. Dua di antaranya berasal dari AFC dan delapan lainnya dari jajaran PSSI dan pendamping.


"Dalam verifikasi Manajemen Persibo, didampingi jajaran Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bojonegoro, selaku pengelola stadion," katanya.


Pihaknya sudah mengirimkan surat kepada jajaran Dinas PU untuk ikut mendampingi pelaksanaan verifikasi. "Pada intinya Bojonegoro siap menjalani verifikasi," ujarnya.


Terkait dengan persiapan Persibo, Taufik yang juga Komandan Kodim 0813 Bojonegoro itu mengatakan, selain berusaha menambah pemain asing dan lokal, juga akan menambah pelatih penjaga gawang.


Sementara ini, lanjutnya, posisi pelatih penjaga gawang yang akan direkrut yaitu Deddy Siswanto yang sebelumnya menjadi asisten pelatih Deltras Sidoarjo. Deddy Siswanto pernah bergabung dengan Persibo ketika Divisi I dan akan menggantikan posisi pelatih penjaga gawang lama.


"Harapan kita, secepatnya pelatih penjaga gawang bisa bergabung untuk melengkapi komposisi pelatih Persibo," jelasnya.


Sebelumnya, Persibo juga sudah merekrut pelatih berasal dari Brasil, Paulo Camargo, dengan asisten Wenderley Junior. Paulo Camargo menggantikan posisi Sartono Anwar yang memegang jabatan baru sebagai Direktur Teknik Persibo.


Hingga saat ini proyek pemasangan paving di areal stadion bagian depan maupun belakang, termasuk lapangan parkir dengan dana sekitar Rp 800 juta di Stadion Letjen H Soedirman, hampir rampung. (PERSIBO)


View the original article here