Kamis, 13 Oktober 2011

Klub-klub Ancam Gelar Kompetisi Sendiri

Sejumlah klub mengancam akan menggelar kompetisi sendiri jika pengelolaan Liga Indonesia tidak diserahkan kembali ke PT Liga Indonesia. Ancaman itu disampaikan Harbiansyah Hanafiyah (Persisam Putra Samarinda), mewakili sejumlah klub itu, kepada wartawan di Hotel Ambhara, Jakarta, Kamis (13/10/2011).


Keterangan dalam jumpa pers itu digelar di satu ruangan, tempat beberapa klub lain dan PT Liga Prima Indonesia menggelar temu manajer menjelang Liga Indonesia 2011/2012 yang dijadwalkan bergulir pada Sabtu (15/10/2011). "Kami menuntut agar penyelenggaraan liga sesuai Kongres PSSI di Bali. Dalam kongres itu telah diputuskan kompetisi Liga Super Indonesia akan dikelola PT Liga Indonesia," kata Harbiansyah.


Ia merujuk pada hasil Kongres PSSI di Bali, awal 2011, saat PSSI dipimpin Nurdin Halid. Menurut Harbiansyah, jika tuntutan tak dipenuhi PSSI yang telah menunjuk PT Liga Prima Indonesia untuk mengelola kompetisi profesional, klub-klub itu akan memutar kompetisi sendiri.


Harbiansyah mengklaim ada 14 klub yang menandatangani kesepakatan agar pengelolaan kompetisi dikembalikan ke PT Liga Indonesia. Dari daftar yang salinannya diberikan kepada wartawan, terdapat tanda tangan 12 perwakilan klub dari Persebaya (Wisnu Wardhana), Sriwijaya FC, Persipura, Persidafon, Persiwa, Persiba Balikpapan, Persela, PSPS, Pelita Jaya, Semen Padang, Deltras Sidoarjo, dan Persisam.


Perpecahan di kalangan klub-klub peserta Liga Indonesia itu membuat kick off Liga Indonesia 2011/2012, yang dijadwalkan bergulir pada 15 Oktober di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terancam. Hingga berita ini diturunkan, PT Liga Prima Indonesia dan PSSI belum menggelar keterangan pers yang dijadwalkan pukul 20.30 WIB.


Setelah jumpa pers mereka berakhir, CEO Persiraja Banda Aceh Ariwibowo menggelar keterangan terpisah di lobi hotel. Ia mewakili 10 klub lain di pihak berlawanan. Mereka menuntut pengelola kompetisi tetap di bawah PT Liga Prima Indonesia yang telah ditunjuk PSSI.


Ariwibowo menyatakan bahwa pihaknya tetap meminta kompetisi musim ini digulirkan mulai 15 Oktober. Ia menyebutkan, kesepuluh klub tersebut adalah Persiraja, PSMS, Persiba Bantul, Persija (diwakili Bambang Cipto), PSM, Arema, Persibo, Persijap, Persema, dan Persebaya. (SAM)


View the original article here

Inilah Kelebihan-Kelemahan Peserta Kompetisi

 

Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) telah menyelesaikan tugasnya memverifikasi 24 klub yang akan mengikuti kompetisi level tertinggi pada musim ini. Dari hasil verifikasi tersebut, terdapat empat kelemahan dari klub-klub Indonesia. Salah satunya, AFC menemukan banyak stadion yang tidak berkelas A untuk layak menggelar kompetisi internasional.


Hal tersebut diungkapkan Tokuaki Suzuki selaku Director of Competitions AFC seusai acara manager meeting antara PSSI dan 24 klub di Hotel Ambara, Kamis (13/10/2011) malam.


"Indonesia satu dari sebelas negara yang kami verifikasi. Kami menemukan empat kelemahan dari verifikasi yang kami lakukan. Pertama adalah begitu banyak stadion di sini, tetapi sedikit yang memenuhi stadion berkelas A. Secara umum, keadaan stadion tidak ada lampu, dan kursi yang bernomor sedikit," ungkap Suzuki.


"Kami telah berdiskusi dengan pengelola stadion mengenai apa saja yang perlu dibenahi," sambungnya.


Menurut Suzuki, kelemahan kedua, klub-klub di Indonesia tidak memiliki organisasi yang rapi dalam pelaksanaan pertandingan. "Begitu banyaknya penonton dan antusiasme media, kerapian pertandingan sangat penting jika ingin menjadi tuan rumah berskala internasional," ujar Suzuki.


Suzuki melanjutkan, kelemahan ketiga, manajemen klub dan profesionalisme manajemen klub, keuangan klub, dan legalitas klub masih lemah.


"Kelemahan keempat adalah sistem pembinaan usia muda. Kami melihat klub memiliki pembinaan pemain muda. Namun, hal itu hanya di usia atas dan tidak memiliki struktur seperti pembinaan di usia 12 tahun ke bawah dan seterusnya. Tidak ada kompetisi yang aktif untuk kategori usia dini," beber Suzuki.


Meski begitu, Suzuki menyatakan, klub-klub Indonesia memiliki dua kelebihan. Indonesia adalah suatu negara yang berpotensi untuk mengikuti kompetisi profesional.


"Kami menemukan dua kelebihan, yakni ketertarikan media dan jangkauan siaran televisi. Kelebihan lain adalah, masyarakat yang begitu antusias terhadap sepak bola. Dua aspek ini penting bagi masa depan sepak bola Indonesia," ungkapnya.


Ketika disinggung apakah kelemahan ini bisa mengancam klub-klub Indonesia tidak tampil di Liga Champions Asia pada musin 2012-2013, Suzuki enggan menanggapi. Pasalnya, hasil verifikasi ini akan diserahkan kepada Komite Ad Hoc. Komite tersebut baru akan membuat keputusan pada November mendatang.


View the original article here

Djoko: 99 Persen Saham PT Liga untuk Klub

Penjelasan ini bertolak belakang dengan mekanisme pembagian saham PT Liga Prima Sportindo yang terdiri dari 70 persen untuk Ketua PSSI Djohar Arifin dan 30 persen Wakil Ketua Umum PSSI Farid Rahman. Namun, keputusan tersebut dinilai telah melanggar amanat Kongres PSSI.


"Pukul 15.30 WIB saya ditelepon Farid Rahman. Beliau mengatakan, atas keinginan klub Liga Indonesia, saya diminta hadir menjelaskan kondisi liga terakhir dan mem-follow up semua keputusan PSSI. Makanya, saya tadi menyampaikan beberapa keputusan penting, tapi khusus menyangkut liga, bahwa PSSI sebelumnya telah memutuskan melepas sahamnya kepada klub sehingga komposisi saham di liga 99 persen untuk klub dan 1 persen untuk PSSI. 99 persen itu adalah saham kolektif yang dimiliki seluruh klub peserta liga kompetisi 2010 2011," ujar Djoko kepada wartawan.


Selain itu, Djoko mengatakan bahwa PSSI telah menginstruksikan kepada liga untuk melanjutkan sebagai pengelola dan wajib memberikan konstribusi Rp 2 miliar setiap musim.


"Komitmen memberikan dua miliar itu menjadi kewajiban PT Liga. Posisi dua miliar itu bukan revenue sharing atau provit sharing, tapi proyeksi terhadap PT Liga kompetisi 2011-2012," jelas Djoko.


View the original article here

PSSI: Lebih Penting Evaluasi Pemain daripada Pelatih

Pemain timnas Indonesia berlatih untuk menghadapi pertandingan kualifikasi pra Piala Dunia 2014, di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Jumat (15/7/2011). Pada laga kualifikasi tersebut timnas bersama pelatih barunya Wim Rijsbergen, akan bertemu dengan Turkmenistan pada 23 Juli 2011. KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator tim nasional Indonesia, Bob Hippy, mengatakan, akan segera melakukan evaluasi terhadap semua pemain timnas Indonesia. Menyusul rentetan kekalahan timnas dalam laga kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014 belakangan ini, menurut dia, para pemainlah yang sebenarnya perlu dievaluasi daripada pelatih Wim Rijsbergen.

Bob Hippy merasa evaluasi makin diperlukan setelah kekalahan tim Indonesia dari Qatar dengan skor 2-3 di laga lanjutan Grup E Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (11/10/2011).

"Kita kemarin enggak punya bola. Kalau you punya bola, you akan kontrol pertandingan. Kalau mereka profesional, pelatih sudah tidak berpengaruh lagi. Kita tidak ingin kehilangan bola dan tidak direbut dengan gampang," katanya kepada wartawan di kantor PSSI, Rabu (12/10/2011) siang.

Saking kecewanya, Bob yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI itu bahkan mengatakan, timnas takkan bisa mengalami peningkatan performa sekalipun mendatangkan pelatih sekelas Jose Mourinho yang kini sedang membesut Real Madrid. Menurut dia, pelatih yang bagus harus diimbangi dengan materi pemain yang juga sama bagusnya.

"Mourinho pun tak akan bisa menangani Indonesia 4 sampai 5 tahun ke depan tanpa kita memulai membenahi dari dasar. Kita harus memulai dari dasar. Jadi, pelatih yang bagus nanti datang, dia sudah memiliki materi pemain yang bagus. Kalau materi yang ada sekarang, tidak bisa," tandasnya.


View the original article here